afwef

Pengendalian Hama & Sejarah Penggunaan Pestisida

Begitu melekatnya pestisida dalam benak para petani dan praktisi pertanian, sehingga ketika terjadi serangan hama dan penyakit pada tananam yangdi usahakan, pikiran mereka langsung tertuju pada pertanyaan ,”pestisida apa yang harus disemprotkan?” mereka tidak sempat lagi memikirkan penyebab serangan, ada tidaknya kesalahan dalam mengelola tanaman sehingga terjadinya serangan, atau pertanyaan lain yang membuka kemungkinan mencari alternative pengendalian hama selain pestisida.

Sebenarnya keberadaan hama dan penyakit tanaman yang disebut organisme pengganggu tanaman (OPT) pada areal pertanian merupakan akibat ulah manusia. Perubahan ekosistem hutan menjadi areal pertanian adalah salah satu penyebab utama. Dalam ekosistem hutan, setiap rantai makanan berada dalam keadaan normal. Setiap organisme berada dalam jumlah yang seimbang dengan organisme lain yang menjadi musuh atau pemangsanya, sehingga tidak ditemui organisme telah merusak keseimbangan tersebut, di antaranya terjadi pemutusan beberapa rantai makanan. Contohnya adalah menurunya populasi unggas yang merupakan pemangsa belalang akibat penebangan pohon dengan menyebabkan peningkatan populasi belalang. Peningkatan ini tentunya diikuti oleh meningkatnya kebutuhan bahan makanan. Tidak ada jalan lain, belalang mencari makanan di areal pertanian sehingga menjadi hama tanaman.

Dengan kerangka pemikiran tersebut OPT dapat diartikan sebagai organisme yang jumlahnya tidak seimbang dengan pemangsa (musuh alami) di dalam rantai makananya, sehingga mengganggu pertumbuhan tanaman. Sebagai ilustrasi, beberapa ekor belalang pada suatu daerah pertanian belum dapat di katakan sebagai hama jika jumlahnya masih dapat dikendalikan oleh musuh alaminya, seperti unggas. Di samping itu, kerusakan yang ditimbulkan, secara ekonomi tidak begitu berarti.

Dalam merumuskan OPT dikenal istilah ambang ekonomi hama, yaitu batasan jumlah tertentu dari populasi OPT yang cukup membuat kerusakan tanaman dan secara ekonomi mulai merugikan. Nilai ambang ekonomi ini menjadi garis pemisah antara OPT dan OPT yang dikendalikan. Tindakan pengendalian OPT perlu di lakukan hanya jika OPT mulai bergerak di atas nilai ambang ekonomi tersebut.

OPT dikelompok menjadi tiga golongan. :
1. Hama atau binatang perusak tanaman, seperti serangga, moluska, dan mamalia.
2. Penyakit yang di sebabkan oleh jasad mikro,seperti jamur, bakteri , dan virus.
3. Gulma, yaitu tumbuhan yang tidak diharapkan tumbuh, sehinggga bersaing dengan tanaman utama. Gulma sering disebut sebagai tumbuhan salah tempat.
Berdasarkan tiga golongan ini, OPT sering disebut sebagai HPG (Hama, Penyakit, dan Gulma).

Tindakan pengendalian OPT dikenal sejak manusia bercocok tanam. Pengendalian hama adalah tindakan pengendalian yang paling awal dikenal manusia dengan mengusir hama melalui tindakan fisik, seperti pengasapan. Sementara itu, kerusakan akibat penyakit baru diketahui penyebabnya setelah abad ke-19. Sebelumnya, kerusakan yang disebabkan oleh penyakit tidak diketahui dan selalu dikaitkan dengan mitos-mitos yang berkembang di masyarakat.

Pada awal abad ke-19, ilmu penyakit tanaman mulai berkembang pesat dan memberikan teori yang benar tentang jamur sebagai salah satu penyebab kerusakan tanaman. Terobosan terbesar terjadi pada tahun 1874 ditemukan DDT (dikloro difenil trikloroetana) sebagai insektisida oleh Zeidler seorang sarjana kimia dari jerman. Kemudian pada tahun 1882 mulai digunakan bubuk bordeoux (campuran Cu So4 dan kapur) sebagai fungisida. Kedua penemuan ini sangat efektif dalam membantu petani untuk mengatasi masaalah serangan OPT, sehingga dimulailah produksi pestisida secara besar-besaran. Pada tahun 1930-an pestisida komersial diperdagangkan di Amerika.

Penemuan bubuk bordeoux dan DDT merupakan sumbangan yang sangat berarti dalam dunia pertanian. Penemuan tersebut telah mengantar sektor pertanian menuju terjadinya Green Revolution. Peningkatan hasil panen dan pendapatan petani secara signifikan. Kemiskinan dan kelaparan diberbagai belahan dunia secara perlahan teratasi dan mendorong swasembada pangan diberbagai Negara, termasuk Indonesia. Setelah keberhasilan itu, berbagai upaya dilakukan secara intansif untuk menemukan racun-racun kimia yang lain untuk mengendalikan OPT.

Hingga saat ini, pestisida kimiawi masih dianggap satu-satunya senjata pamungkas untuk menghadapi serangan OPT. Banyak merek dan jenis pestisida yang beredar dipasaran dengan berbagai keunggulan yang ditawarkan. Pada tahun 1984 Indonesia menguasai 20% dari pangsa pasar pestisida dunia. Dalam periode 1982 – 1987 terjadi peningkatan jumlah pemakaian pestisida sebesar 236% dibandingkan dengan periode sebelumnya. Khusus untuk insektisida, peningkatannya mencapai 710% 1.723 ton, yang berarti setiap hektar lahan pertanian menggunakan 1,69kg insektisida (Reza dan Gayatri, 1994). Pada tahun 2000, pestisida yang terdaftar Pada Komisi Pestisida Departemen Pertanian Republik Indonesia telah mencapai 594 merek dagang.

Walaupun para petani dan praktisi pertanian sudah sangat akrab dan tingkat keuntungannya yang tinggi terhadap pestisida, ternyata masih banyak sekali kesalahan yang terjadi dilapangan. Pengetahuan dasar tentang cara pemakaian pestisida yang benar ternyata masih sangat kurang. Sering terdengar berita, petani menggunakan satu pestisida hanya karena mengikuti petani lain yang telah menggunakannya, tanpa mengetahui persis kegunaan dan cara pemakaiannya.

Pencampuran pestisida adalah hal yang biasa dilakukan oleh petani dengan alasan jika hanya menggunakan satu jenis pestisida, tidak efektif untuk mengendalikan hama. Hal ini dilakukan tanpa mempertimbangkan pestisida tersebut boleh dicampurkan atau tidak. Tidak sedikit pula perusahaan agrobisnis yang sangat fanatik dengan satu merek pestisida, meningkatkan konsentrasi insektisda hingga jauh diatas saran yang tertera pada labelnya. Alasannya, pada konsentrasi rendah pestisida tidak lagi efektif untuk membunuh hama. Pemakaian pestisida yang benar ternyata tidak semudah yang di bayangkan, sehingga pengetahuan dasar tentang hama penyakit dan cara pemakaian pestisida wajib dimiliki setiap pengguna pestisida.

0 Response to "Pengendalian Hama & Sejarah Penggunaan Pestisida"

Post a Comment

wdcfawqafwef